Spider Field di Manggarai

Spider Field di Manggarai

 
 
 
Pembagian lahan sawah yang membentuk Spider Field
Jika melihat foto disamping, sekilas terlihat seperti Crop Circle yang baru-baru ini menghebohkan masyarakat karena dipercaya bahwa makhluk luar angkasa yang telah membuatnya. Bukan pula  karena belasan laba-laba raksasa yang telah membuat formasi jaring laba-laba. Foto disamping adalah areal sawah yang dibagi oleh ketua adat di masyarakat Manggarai   dengan cara ditarik dari sebuah titik pusat lahan, yang dikenal dengan Lodok.

Lodok merupakan tradisi Manggarai dalam membagi tanah dalam sebuah kampung adat. Ketua adat mempunyai kekuasaan untuk menentukan siapa mendapat luasan lahan berapa. Tentu saja ketua adat harus adil sehingga akan banyak hal yang harus dipertimbangkan untuk menentukan luasan lahan tersebut untuk setiap KK-nya. Namun lodok di daerah Cancar ini menjadi pemandangan menarik karena merupakan lahan sawah sehingga dengan batas-batas pematang sawah membuatnya menjadi mirip jaring laba-laba.

Untuk mencapai daerah ini dari Kota Ruteng bisa menggunakan ojek dengan tarif Rp. 40ribu dengan lama perjalanan sekitar 45 menit. Setelah menemukan Pasar Cancar, ada jalan masuk untuk menuju ke lokasi tersebut, yaitu sekitar 3 km. Kemudian ada jalan kecil dengan tanjakan cukup terjal dan sebaiknya sepeda motor tidak dibawa naik karena berbahaya. Seseorang bernama Leksi akan mempersilahkan ke rumah untuk mengisi buku tamu. Leksi adalah anak dari ketua adat. Leksi akan membawa kita ke sebuah bukit, dimana lahan sawah Lodok ini bisa terlihat sejauh mata memandang hingga batas perbukitan. Jika cuaca bagus, dari lokasi tersebut bisa terlihat belasan Lodok berbentuk lingkar-lingkar yang menyerupai jaring laba-laba.

Rumah Ketua Adat, silahkan mengisi buku tamu dulu disini
 
 
Dalam pembagian tanah adat, pertama-tama adalah menentukan titik pusat hamparan tanah adat (Lingko). Pada titik pusat tersebut selanjutnya ditanam kayu khusus (Haju) sebesar paha orang dewasa. Besar kecilnya bagian tanah ditentukan oleh beberapa hal diantaranya, kedudukan seseorang dalam kampung, jumlah anggota keluarga dan sebagainya. Untuk menentukan besaran bagian tanah, ketua adat menentukan dengan ukuran jari tangannya pada Haju. Ada yang mendapat 1 jari ada yang dua jari sesuai pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan ketua adat. Ukuran jari tangan pada Haju selanjutnya ditarik hingga batas Lingko, itulah bagian tanah yang akan diterima seorang warga kampung adat tersebut.

Pada saat musim tanam dan musim panen, warga biasanya mempersembahkan seekor binatang berupa ayam jantan. Tujuannya adalah untuk mendapat berkat dan ucap syukur atas hasil yang diperoleh. Ayam jantan umumnya diletakkan pada pusat lodok tersebut. Inilah sebuah kearifan lokal yang turun temurun warisan nenek moyang. Tradisi yang selalu menyelaraskan keseimbangan alam semesta dan membentuk harmoni kehidupan masyarakat. Boleh jadi mereka baru menyadari bahwa tradisi Lodok membentuk sebuah formasi tidak hanya non fisik, namun juga secara fisik terlihat indah jika dilihat dari angkasa (jelajahntt.com)

Leave a comment